Pekerjaan sebagai buruh di pabrik batubara bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore, Pak Ana bekerja melawan panas menyengat dan asap polusi batu bara. Hasil keringatnya pun hanya dihargai Rp 50.000/hari. Untuk membantu perekonomian keluarga, Pak Ana bekerja sebagai buruh angkut peralatan sound sistem, namun pendapatnya pun tidak pasti setiap harinya.
Penghasilan yang bisa dibilang jauh dari cukup untuk menghidupi istri, mertua dan kedua anaknya. Hati Pak Ana terasa hancur ketika mengetahui anak sulungnya menderita gizi buruk. Penghasilannya yang terbatas membuat Pak Ana tidak bisa berbuat banyak. Sang istri pun tidak bisa membantu bekerja karena ia harus merawat anak – anak yang membutuhkan perhatian khusus.